BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konservasi
tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha
yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas
dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena
erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia
lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.
Penerapan
teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan
kimiawi. Penerapan teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya
tanaman lorong, strip rumput dan lain–lain, penerapan sipil teknis berupa
pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran pembuagan air,
sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan kiri tebing
sungai dan lain–lain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa,
bitumen zat kimia.
Pada
kenyataannya semakin banyak terjadi degradasi lahan dan air yag disebabkan oleh
banyak faktor yang dapat menyebabkan rusaknya atau berkurangnya kualitas dan
kuantitas suatu tanah dan air yang dapat berdampak buruk pada lingkungan kita
bahkan dapat menyebabkan suatu bencan alam seperti longsor yang merupakan
bentuk dari erosi.
Salah
satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang tinggi adalah
penerapan teknik konservasi tanah dan air disamping kegiatan reboisasi,
penghijauan, pemeliharan dan pengayaan tanaman. Konservasi tanah dan air
merupakan upaya untuk penggunaan lahan sesuai dengan syarat–syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dan air
mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan dan
kerusakannya.
B. Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa,
agar kelak selesai dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Yogyakarta dapat
menerapkan tentang teknik konservasi lahan didaerah asal. Dan sebagai acuan
dalam pembuatan laporan praktikum pada mata kuliah konservasi tanah dan air.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Landasan Teori
Konservasi
tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad,
2000), dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah tidaklah berarti penundaan
atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan
kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah
berhubungan erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada
sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah
juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah adalah
meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari
erosi yang dapat ditoleransikan merupakan masalah yang bila tidak ditanggulangi
akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan
konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan sumberdaya alam.
Konservasi
tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha
yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas
dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena
erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia
lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.
Konservasi
tanah pada umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada
perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah
menyusut. Lalu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konservasi
air dalam rangka pengontrolan erosi dimana kemiringan tanah yang telah ditentukan
dalam persen dan panjang kemiringan tanah yang disebut dengan system cropping.
Usaha pokok
dalam pengawetan tanah dan air meliputi (Zulrasdi et, al. 2005):
1.
Pengelolaan lahan
a. Sesuai
kemampuan lahan
b. Mengembalikan
sisa-sisa tanaman ke dalam tanah
c. Melindungi lahan dari ancaman erosi
dengan menanam tanaman penutup tanah
d. Penggunaan mulsa.
2.
Pengelolaan Air
Pengelolaan
air adalah usaha-usaha pengembangan sumberdaya air dalam hal :
a. Jumlah air yang memadai
b. Kwalitas air
c. Tersedia
air sepanjang tahun
3.
Pengelolaan Vegetasi
Pengelolaan
vegetasi pada hutan tangkapan air maupun pemeliharaan vegetasi sepanjang aliran
sungai, dapat ditempuh dengan cara:
a. Penanaman
dengan tanaman berakar serabut seperti, bambu yang sangat dianjurkan di pinggiran
sungai, kemudian diikuti dengan rumput makanan ternak seperti. Rumput gajah, Rumput
Setaria, Rumput Raja, dan lain-lain sebagainya. Penanaman ini dimaksudkan untuk
penghalang terjadinya erosi pada tanah.
b. Penanaman
tanaman semusim untuk lahan yang tidak memiliki kemiringan.
c. Pembuatan
teras. Bila pada lahan tersebut terdapat kemiringan, maka perlu dibuat
teras.
B. Teknik Konservasi Tanah dan Air
Degradasi
lahan dapat terjadi lantaran masyarakat cenderung mengeksploitasi
lahan-lahan pertanian dan mengakibatkan penambangan pada tanah. perubahan
teknologi atau intensifikasi penggunaan lahan bahkan bisa menggantikan
pepohonan dan vegetasi yang berakar dalam dengan tanaman bahan makanan yang
berakar dangkal sehingga tanah mudah tererosi. sementara itu laju pembentukan
kembali tanah dan lapisan permukaan yang tererosi sangat lamban sehingga
degradasi lahan nyaris tidak dapat tergantikan kembali secara cepat. konsep
laju kehilangan lapisan permukaan digunakan sebagai pendekatan degradasi lahan.
laju erosi diantaranya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :
1.
Tingkat erosivitas atau faktor curah hujan.
2.
Sifat fisik tanah
3.
Kemiringan lahan dan panjang lansekap
4.
Karakteristik tanaman penutup tanah dan
manajemen usaha tani.
Untuk daerah yang berpendapatan
rendah atau tidak ada mempunyai alternatif mata pencaharian lain yang memadai,
eksploitasi lahan pertanian yang berlebihan justru akan meningkatkan
kecenderungan degradasi lahan. hal yang perlu dicatat adalah apabila
intensifikasi penggunaan lahan kering lebih banyak berlangsung pada lahan yang
kemiringan curam dan tanpa menghiraukan aspek konservasi, konsekuensi pada
degradasi lahan akan semakin besar.
Untuk menanggulangi fenomena
degradasi lahan adopsi teknologi konservasi masih ditentukan oleh faktor-faktor
keterkaitan antara tingginya tingkat degradasi lahan dan tingkat keuntungan
usaha tani pada suatu lahan dan tingkat kemiringan yang berbeda. pada keadan
ekstrim, para petani akan mau mengadopsi teknologi konservasi hanya jika
terdapat manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut. kemungkinan ekstrim lainnya
adalah masyarakat petani sayuran dilereng-lereng bukit yang jelas-jelas
mempunyai kecenderungan degradasi lahan yang sangat tinggi mungkin saja enggan
mengadopsi teknologi konservasi jika penghasilan dari usaha tani sayuran itu
tidak terpengaruh oleh degradasi lahan.
Beberapa rekomendasi makro yang
mungkin dapat secara efektif untuk menurunkan tingkat degradasi lahan adalah
upaya-upaya yang mengarah pada penurunan derajat intensifikasi penggunaan
lahan, pengurangan tekanan penduduk, dan peningkatan serta pemantapan strategi
yang mampu meningkatkan pendapatan petani. selain itu juga penerapan teknologi
konservasi yang ramah lingkungan dan murah serta aplikatif adalah salah satu
jalan mengurangi laju erosi/ degradasi lahan.
Salah satu kegiatan dalam
menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang tinggi adalah penerapan teknik
konservasi tanah dan air disamping kegiatan reboisasi, penghijauan, pemeliharan
dan pengayaan tanaman. Konservasi tanah dan air merupakan upaya untuk penggunaan
lahan sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan
tanah. Konservasi tanah dan air mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan
tanah dan air dari kehilangan dan kerusakannya melalui pengendalian erosi,
sedimentasi dan banjir sehingga lahan dan air dapat dimanfaatkan secara optimal
dan lestari untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penerapan teknik konservasi
tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan kimiawi. Penerapan
teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip
rumput dan lain–lain, penerapan sipil teknis berupa pembuatan bangunan dam
pengendali, dam penahan, teras, saluran pembuagan air, sumur resapan, embung,
parit buntu (rorak), perlindungan kanan kiri tebing sungai dan lain–lain, serta
penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa, bitumen zat kimia (soil
conditioner).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanah dan Konservasi Tanah
Pengertian
konservasi adalah suatu upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu secara
terus menerus berkesinambungan baik mutu maupun jumlah.
Tanah
menurut pengertian sehari-hari ialah tempat berpijak makhluk hidup di darat,
fondasi tempat tinggal, dan sebagainya. Secara ilmiah, tanah merupakan media
tempat tumbuh tanaman. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan
yang kontiniu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal,
puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi.
Sedangkan
menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan
bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya,
yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman.
Menurut
Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah.
Wikipedia,
konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi
tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi
akibat penggunaan yang berlebihan.
B. Teknologi Yang Digunakan Dalam Konservasi
Tanah Dan Air
Konservasi
tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad,
2000), dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah tidaklah berarti penundaan
atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan
kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah
berhubungan erat dengan konservasi air.
Teknologi
yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode
konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
1. Metode Vegetatif
Metode
vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini
selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi
memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses
pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode
vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman
penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak
langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk
hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat
produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman
rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat
lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat
secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan
sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau.
Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah,
sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke
dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat
dari tanaman penutup tanah, antara lain:
a. Dapat
berkembang dan daunnya banyak.
b. Tahan
terhadap pangkasan.
c. Mudah diperbanyak
dengan menggunakan biji.
d. Mampu
menekan tanaman pengganggu.
e. Akarnya
dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
f. Tahan
terhadap penyakit dan kekeringan.
g. Tidak
berduri dan bersulur yang membelit.
Selain
dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya
adalah:
a. Tanaman
dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
1) Membagi
lereng agar menjadi lebih pendek.
2) Dapat
menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
3) Menahan
partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
1) Countur
strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur.
2) Field
strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur
dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
3) Wind
strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak
tajam dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah
alur searah dengan kelerengan.
4) Buffer
strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau
legume sebagai penyangga.
b. Menanam
secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 % dengan
tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
c. Pergiliran
tanaman (crop rotation).
d. Reboisasi
atau penghijauan.
e. Penanaman
saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang
agar tidak rusak.
2. Metode Mekanik
Cara
mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.
Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta
menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997). Termasuk
dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan
tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan
memberantas gulma (Arsyad, 1989). Ads by Video PlayerAd Options Pengendalian
erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk
mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara
mekanis tertentu.
Sehubungan
dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk
memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran
permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak. Pengolahan tanah
menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur
tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan
menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering.
Keuntungan
utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran
permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah.
Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur
juga sangat efektif untuk konservasi ini. Pembuatan terras adalah untuk
mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi
kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air
yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut
Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan
menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.
Macam-macam
konservasi tanah secara mekanik:
a. Teras
Teras merupakan metode konservasi yang
ditujukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air
oleh tanah.
Terdapat beberapa macam teras, yaitu
Terdapat beberapa macam teras, yaitu
Ø Teras
bangku yang berfungsi : 1) memperlambat aliran permukaan; 2) menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak; 3)
meningkatkan laju inflasi; dan 4) mempermudah pengolahan tanah.
Ø Teras
gulud yang berfungsi : untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan
penyerapan air ke dalam tanah.
Ø Teras kredit adalah
teras yang terbentuk secara bertahap karena tertahannya partikel-partikel tanah
yang tererosi oleh barisan tanaman yang ditanam secara rapat seperti tanaman
pagar atau strip rumput yang ditanam searah kontur.
Ø Teras
individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman terutama tanaman
tahunan. Yang biasa diaplikasikan pada areal perkebunan. Fungsi dari teras
individu adalah untuk mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air bagi
tanaman tahunan.
Ø Teras
kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk tanaman tahunan khususnya
tanaman buah-buahan yang bertujuan : 1) mengefesienkan penerapan teknik
konservasi tanah dan 2) memfasilitasi pengelolaan lahan diantaranya fasilitas
jalan kebun dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.
b. Rorak
Rorak merupakan
tempat/lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau
saluran peresapan ditujukan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan
menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak
berfungsi sebagi permanen air hujan dan aliran permukaan.
c. Mulsa
vertikal
Mulsa vertical juga
dapat dikembangkan sebagai alternative untuk memudahkan pemanfaatan sisa
tanaman di lahan pertanian. Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa konvensional
belum banyak diterapkan, karena beberapa kesulitan yang dialami oleh petani
dalam membersihkan sisa tanaman sebelum melakukan pengolahan tanah dan
menyebarkannya kembali diantara barisan tanaman,
d. Barisan
Batu
Barisan batu yang dibuat
mengikuti kontur dan berfungsi untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah
dan mengurangi aliran permukaan serta erosi, dapat pula digolongkan sebagai
teknik konservasi sipil teknis. Barisan batu dapat diterapkan pada tanah-tanah
berbatu, sehingga barisan batu ini juga bias digunakan untuk memperluas bidang
olah.
e. Bedengan
Bedengan akan efektif
sebagai teknik konservasi tanah bila dibuat searah kontur.
3. Metode Kimia
Kemantapan
struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat
kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha
pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan
pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap
resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan
kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut
tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan
bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru
dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
1. Lahan-lahan
bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan
banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
2. Pada
waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
3. Pengerjaan
lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan,
menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat
pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer
dan alat-alat berat lainnya.
C. Peranan Konservasi Tanah dalam Pembangunan
Pertanian
Konservasi
merupakan faktor yang penting dalam pertanian berwawasan lingkungan. Konservasi
sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan
secara berkelanjutan (continous). Sekarang kita sudah mulai sadar tentang
potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia untuk
merusak lingkungan tersebut. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan
sumberdaya adalah terbatas.
Pada
dasarnya konservasi tanah diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan
sumber daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada
gilirannya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui usaha tani
yang berkelanjutan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konservasi
tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad,
2000), dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah tidaklah berarti penundaan
atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan
kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah
berhubungan erat dengan konservasi air.
Metode
vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini
selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi
memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses
pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Cara
mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.
Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta
menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Metode
kimia Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara
kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner
atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga
tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
B. Saran
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pada penulis sendiri. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
penyusunan tugas-tugas berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://forester-untad.blogspot.com/2013/06/macam-macam-metode-konservasi.html
http://goodwisdoms.blogspot.com/2010/12/pengertian-konservasi.html
http://goodwisdoms.blogspot.com/2010/12/pengertian-konservasi.html