Minggu, 18 Mei 2014

Makalah Klasifikasi Iklim

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal, seperti   peningkatan temperatur udara, evaporasi dan curah hujan.  Menjadi hal sangat krusial mengetahui besaran anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di wilayah Indonesia dalam skala global menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan proses antara atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan evolusi yang proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer.
Penelitian desk studi simulasi zonasi curah hujan untuk periode 1950-1979 dan periode 2010-2039 beserta anomalinya terutama untuk musim hujan (Maret sampai Oktober) dilaksanakan pada tahun 2002.  Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian hujan (mm) pada periode inisial (1950-1979) dengan periode berikutnya (2010-2039), dengan menggunkan model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi 3.0.  Besaran curah hujan yang ditampilkan merupakan keadaan curah hujan rataan bulanan pada kedua periode tersebut.  Koordinat yang dipilih berkisar antara 25° Lintang Utara dan Lintang Selatan serta berkisar 150° Bujur Timur.
Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan temperatur minimaluntuk ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan evaporasi (mm).  Untuk melihat perubahan frekuensi kejadian hujan sepanjang tahun 1980 sampai 2000 pada kondisi lapang, dilakukan analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur pada dua periode pengamatan: periode 1980-1990 dan 1991-2000.  Data iklim hasil pengamatan tersebut diperoleh dari stasiun klimatologi Tamanbogo, Lampung Tengah (105°05’ BT ; 5°22’ LS ; 20 m dpl) dan Genteng, Jawa Timur(114°13’ BT ; 8°22’ LS ; 168 m dpl).
Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi peningkatan jumlah curah hujan di atas wilayah Indonesia, yang ditandai dengan perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali positip zona konveksi, peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona konveksi  tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut Arafura.  Perubahan kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah hujan 100-150 mm/hari  secara signifikan (59% dan 100%) pada stasiun sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah terjadi pada periode 1991-2000.  Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar dapat dilakukan secara serentak melalui pendekatan lingkungan dan kemasyarakatan.

B.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Untuk memenuhi salah satu mata kuliah yang ada di STPP Yogyakarata, Konservasi Tanah dan Air.
2.     Untuk mengetahui pengertian Iklim.
3.     Untuk mengetahui iklim – iklim di dunia.
4.     Maha Siswa mampu menafsirkan dan menjelaskan keadaan iklim.
5.     Untuk mengetahui iklim di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:

A.    Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).

B.    Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anon, ?).

C.     Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer. Mirip dengan meteorologi, tapi berbeda dalam kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer sedangkan klimatologi pada hasil akhir dari proses2 atmosfer.
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.
Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu merupakan contoh global pengaruh ikliim terhadap tanaman. Di indonesia sendiri akibat dari perubahan iklim, yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La Nina. Fenomena perubahan iklim ini menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit. Selain itu produksi padi juga menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau terendam banjir. Akan tetapi pada saat fenomea La Nina produksi padi malah meningkat untuk masa tanam musim ke dua.

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.
Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim.
Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.
Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF)[1], yang ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan danpertanian. Sistem SF didasarkan pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya.

B.    Jenis Iklim Dunia
Perubahan cuaca dan iklim dipengaruhi oleh unsur: temperatur Tekanan, Kelembaban, angin, awan, dan curah hujan. Pengertian cuaca adalah rata-rata udara di suatu tempat uang terbatas dan relatif sempit, sedangkan Iklim adalah keadaan rata cuaca di satu daerah yang cukup luas dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Iklim dunia dikelompokan berdasarkan berdasarkan garis lintang dan garis bujur serta suhu.
1.     Jenis iklim dunia sebagai berikut :
a.      Iklim Dingin
b.     Iklim Pegunungan
c.      Iklim Artik Kutub
d.     Iklim Sedang Dingin
e.      Iklim Gurun
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim matahari dan iklim fisik.
2.     Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :
a.      Iklim Matahari
b.     Iklim Koppen
c.      Iklim Schamidt – Ferguson
d.     Iklim Oldman
e.      Iklim Yunghunh 

C.     Klasifikasi Iklim
1.     Iklim Fisik
Iklim fisik yaitu iklim yang di pengaruhi oleh keadaan fisik dari suatu wilayah. Berdasarkan keadaan fisik suatu daerah, terdapat perbedaan iklim sebagai berikut :
a.      Iklim konfinental (darat) dan iklim Maritim (laut).
Iklim darat atau iklim konfinental, terjadi di daratan amat luas, sehingga angin yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin darat yang kering. Di daerah ini pada siang hari panas sekali dan malam hari sangat dingin. Iklim laut, terjadi daerah kepulauan yang di kelilingi oleh laut luas, yang lembab. Di daerah ini pada siang hari tidak terlalu panas dan pada malam hari tidak terlalu dingin. Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim benua adalah Gurun Gobi (Cina), Tibet, Jazirah Arab, Gurun Sahara, dan Gurun Kalahari (Afrika) dan kawasan-kawasan Australia Tengah.
b.     Iklim Uganari.
Iklim Uganari, yaitu iklim pada daratan tinggi dengan perbedaan temperature siang dan malam yang besar (Amplitudo harian tinggi). Contoh daerah yang memiliki iklim uganari adalah daratan tinggi Beka (Syiria), dataran tinggi Wonosari (Indonesia) dan dataran tinggi Shan (Myanmar).
c.      Iklim Pegunungan
Iklim pegunungan terdapat di daerah-daerah pegunungan. Di daerah-daerah pegunungan berudara sejuk dan sering turun hujan karena awan yang naik ke lereng-lereng pegunungan. Hujan seperti ini di sebut hujan orografis. Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim-iklim pegunungan adalah Jaya Wijaya (Indonesia), Pegunungan Andes (Argentina), dan Pegunungan Alpen (Swiss).

2.     Iklim Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
a.      Iklim A, yaitu iklim hujan tropis. Dengan ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 oC, suhu tahunan 20 oC – 25 oC dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
b.     Iklim B, yaitu iklim kering/gurun . Dengan ciri curah hujan lebih kecil daripada penguapan, daerah ini terbagi menjadi Iklim stepa dan gurun.
c.      Iklim C, yaitu iklim sedang basah. Dengan ciri temperatur bulan terdingin 3oC -18 oC, daerah ini terbagai menjadi :
1)    Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
2)    Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)
3)    Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
d.     Iklim D, yaitu iklim dingin. Dengan ciri temperatur bulan terdingin kurang dari 3 oC dan temperatur bulan terpanas lebih dari 10 oC, daerah ini terbagi menjadi Dw, Df.
1)    Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.
2)    Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
e.      Iklim E, yaitu iklim kutub. Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 oC Daerah ini terbagi menjadi : 
1)    ET Iklim tundra
2)    DF Iklim salju

3.     Iklim Matahari
Iklim Matahari, yaitu iklim yang perhitungannya berdasarkan banyaknya panas yang di terima oleh permukaan bumi dari matahari. Banyaknya panas yang di terima oleh permukaan bumi ini berlainan berdasarkan letak garis lintangnya. Iklim matahari di sebut juga iklim garis lintang atau iklim teoritis. Berdasarkan kedudukan lintangnya, bumi dapat dibagi menjadi 5 kawasan iklim sebagai berikut :
a.      Daerah Iklim Panas (tropis)
b.     Daerah Iklim Sub tropis Utara
c.      Daerah Iklim Sub tropis Selatan
d.     Daerah Iklim Sedang Utara
e.      Daerah Iklim Sedang Selatan
f.       Daerah Iklim Dingin Utara
g.      Daerah Iklim Dingin Selatan
Daerah-daerah yang terletak antara lintang 300 - 400 baik sebelah utara maupun sebelah selatan Khatulistiwa disebut daerah subtropik. Berdasarkan pembagian iklim tersebut Indonesia termasuk daerah iklim tropika. Adapun sifat-sifat dan iklim tropika diantaranya suhunya tinggi sepanjang tahun dan tidak ada pembagian musim seperti di daerah sedang atau di daerah subtropik.
Matahari selama enam bulan sekali berpindah dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan. Pergerakan matahari selama satu tahun adalah sebagai berikut :
a.      Tanggal 21 Maret Matahari beredar di sekitar garis khatulistiwa.
b.     Tanggal 21 Juni Matahari beredar di garis balik utara atau 23,50  Lintang utara.
c.      Tanggal 23 September Matahari kembali beredar di garis Equator.
d.     Tanggal 22 Desember Matahari berada tepat di garis balik selatan atau 23,50 Lintang Selatan.

4.     Iklim Junghuhn
F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitian F. Junghuhn membagi iklim Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut :
a.      Zona iklim panas
Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0-650 meter dan temperature antara 26,30C.
b.     Zona iklim sedang
Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650-1500 meter dan temperature antara 220C – 17,10C.
c.      Zona iklim sejuk
Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500–2500 meter dan temperature antara 17,10C – 11,10C.
d.     Zona iklim dingin
Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan temperature kurang dari 11,10C.

5.     Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan atas kebutuhan air dan hubungannya dengan tanaman pertanian yang sangat di perlukan di daerah – daerah tertentu. Penggolongan iklimnya lebih di kenal dengan zona agroklimat. Pembagian iklim menurut Oldeman adalah sebagai berikut :
a.      A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan;
b.     B1 7 – 9 bulan basah berurutan dan 1 bulan kering;
c.      B2  7 – 9 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
d.     C1 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
e.      C2 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
f.       C3 5 – 6 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
g.      D1 3 – 4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering;
h.     D2 3 – 4 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
i.       D3 3 – 4 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
j.       D4 3 – 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering;
k.     E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering;
l.       E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
m.   E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
n.     E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan.

6.     Iklim menurut Schmidt Ferguson
Iklim ini di tentukan berdasarkan tipe curah hujan dan penggolongannya, langkah untuk menentukannya sebagai berikut :
a.      Menentukan tipe curah hujan berdasarkan tingkat kebasahan (gradient/Q)
b.     Menentukan nilai Q di tetapkan dengan rumus :
Gradient (Q) = Banyaknya jumlah bulan kering  x 100%
  Banyaknya jumlah bulan basah
c.      Untuk menentukan criteria bulan kering dan basah menggunakan klasifikasi Mohr.
d.     Tentukan tipe curah hujan berdasarkan besarnya rasio Q.

D.    Iklim Di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.

1.     Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.

2.     Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.

3.     Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demikianlah pembahasan yang dapat kami paparkan. Kemudian kami mengambil beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :
1.     Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi.
2.     Setiap Negara memiliki iklim dan curah hujan yang berbeda.
3.     Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.
4.     Perubahan cuaca dan iklim dipengaruhi oleh unsur: temperatur Tekanan, Kelembaban, angin, awan, dan curah hujan.

B.    Penutup
Demikianlah pembahasan yang dapat kami uraikan. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Terutama selaku penulis dan pembaca pada umumnya. Akan tetapi kami mohon saran dan kritiknya terutama yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar